Saturday, March 10, 2012

Pecel Lele Dulu Bang

Tidak sesuai judulnya yang bikin ngiler. Cerita ini berkisah tentang dua orang emak-emak beranak dua yang sedang apes terjebak dalam KRL mogok.



Lupa tepatnya tanggal berapa, saya bersama teman saya, sebut saja melati (bukan nama sebenarnya), seperti biasa pulang kerja naik KRL commuter line jurusan Bogor. Jangan ditanya penuh sesak apa sepi? Jawabannya sudah pasti 'tidak bisa bergerak'. Entah malam sebelumnya mimpi buruk apa kita? atau sepertinya kita kurang sedekah mungkin ya? Kali ini Allah benar2 memberikan cobaan kategori berat didalam dunia perkereta apian. Baru juga sampai stasiun kalibata, tiba-tiba mesin KRL jadi membisu. Diikuti lampu dan AC yg padam. Gelap gulita. Satu menit, dua menit, dua puluh menit, belum juga ada tanda-tanda kehidupan. Penumpang mulai resah, kepanasan dan kehabisan oksigen. Tak lama kemudian, terdengar suara lemas sang masinis di speaker. "Mohon maaf, kreta mengalami gangguan. Silahkan anda mencari alternatif lain". Singkat, jelas dan tanpa rasa dosa. Begitulah tiap kali sang masinis meminta maaf saat terjadi gangguan. "Sreeekkk...." Pintu kreta pun akhirnya dibuka, dan penumpang yang kecewa berhamburan keluar. Andai saja mas masinis berbaik hati menyediakan alternatif helicopter ke bogor dan sekitarnya, penumpang mungkin tidak akan sampai menuntut mengembalikan uang tiket mereka. Apa mau dikata, kalaupun ada helicopter, mungkin kita tidak akan terlihat dari atas. Ini stasiun mini antah berantah, jauh dari pusat kota. Taksi jarang lewat, angkotpun rugi jika ambil trayek disini. Jarang penumpang.



Kasihan temanku melati. Dia emak yang sholehah, hari ini dia sedang puasa. Melati ini sebenarnya bukan seperti wanita sholehah kebanyakan. Meskipun dia sholeh, dia pandai ngelawak. Nunung aja kalah sama dia. Apapun yang dia lihat dan dia dengar, pasti jadi bahan lawakannya. Tapi kali ini dia lemas kelaparan. Katanya dia tidak sempat sahur. Dan sekarang terdampar tanpa makanan.



Setelah mengembalikan tiket, para penumpang berebutan menyerbu setiap angkot dan taksi yang lewat. Bahkan ada serombongan yang menyewa metromini yang tadinya mau balik ke kandang. Kita??sedang berfikir. Mau naik angkot gak tahu angkot yang lewat ini jurusan kemana?. Mau naik taksi, ibarat nunggu telur ayam busuk menetas. Menunggu perbaikan kreta, hanya Tuhan dan teknisinya saja yang tahu kapan selesainya. Akhirnya dial nomor telefon darurat saja. 0812XXXXXXX. "Halo?papa? Papa... Mama kejebak kreta mogok di stasiun kalibrantas?apa?gak ada?oh, iya stasiun kalibata. Ceritanya panjang, katanya kabel listriknya putus, mungkin pake kabel layangan, makanya gampang putus. Jemput ya Papaaa... Mama gak tahu mesti naik apa ini?apa?jemput di tanjung barat?itu masih tiga stasiun lagi dari sini papaaa?apa?macet di margonda?iya siiihhh?tapi gimana caranya mama ke tanjung barat?ojek?kalau ada sudah dari tadi mama sewa ke bogor sekalian. Ya sudah, jemput disitu aja deh. Nanti mama gosok lampu ajaib aja, minta anter om jin".klik.



Masih berfikir keras bagaimana caranya ke tanjung barat. Kalau melati sebenarnya rumah dia lebih dekat, di depok. Tinggal naik taksi ato ojek aja, paling lama dua puluh menit sampai. Minta jemput suaminya? Suaminya sedang ada di tengah lautan. Maklum, suaminya berteman dengan si popeye. Jadi gak mungkin juga suaminya bisa jemput.



Sekarang bukan hanya perut melati yang meronat-ronta, perutku juga sudah mulai berteriak minta jatah. Menurut survey yang dilakukan oleh para pedagang kaki lima, hidung orang yang sedang kelaparan lebih sensitif dibandingkan dengan orang yang baru saja menghabiskan nasi padang dua bungkus (mbah-mbak kulakan krudung ke tanah abang juga tahu). Begitu kira-kira yang sedang kita alami. Hidung kita jadi sensitif mencium aroma nasi uduk dan pecel lele, beserta tempe, sambal dan lalapan kol dan timun. Segera saja kita ikuti insting mencari sumber aroma yang baunya mengalahkan bau masakan restoran hotel bintang lima. Ihiy, ketemu. Warung tenda nyelip di belakang sebuah minimart. Terlihat sudah mulai banyak orang berdatangan. Serbu sebelum kehabisan. Langsung pesan. "Pecel lele tambah tempe dan nasi uduk, dua bang. Yang satu nasinya separoh aja. Tapi nanti kalau kurang, nambah separohnya lagi boleh kan bang?gratis kan?eh, lelenya yang besar ya bang. Jangan lupa lalapannya. Banyakin daun kemanginya. Sambelnya yang satu banyak, yang satu sedikit. Minumnya the botol. Satu dingin, satu biasa. Jangan yang expired loh bang". Si abang dengan sigapnya menjawab "iya.iya.iya.iya.dan iya".



Sepuluh menit sudah menunggun pesanan belum diantar juga. "Bang, lelenya baru mau mancing ya?" Si melati sudah gak tahan menahan hawa nafsu laparnya. Akhirnya, lima menit kemudian pesanan datang. Dua nasi uduk porsi besar, dengan lele ukuran sedang, tanpa tempe dan dua the botol dingin. Sudah kuduga, pesanan kita memang sepertinya sedikit ribet. Atau memang ribet yak?ah, sudahlah. Yang penting, makaaannn....



*cerita bersambung. Makan dulu yaaa... Selamat makan.... ^_^

1 comment:

Fitri3boys said...

mama aline, iin link blognya ya..