Wednesday, February 8, 2012

Khitanan Arian

Adek arian, bayi berusia 6 bulan yang murah senyum dan tampak mewarisi bakat pecicilan kakaknya, sudah disunat minggu lalu, 31 Januari 2012. Terlalu kecil? mungkin, tapi ini untuk kebaikannya sendiri, tindakan preventif untuk mencegah hal hal yang tidak tidak di kemudian hari. Walaupun para dokter yang terlibat, dari dokter spesialis anak, dokter sub spesialis bedah anak, sampai dokter spesialis anestesi, semuanya tak berhenti meyakinkan papa dan mama bahwa anak sekecil ini penyembuhan sunat nya akan lebih cepat daripada anak yang lebih dewasa, dan bahwa proses sunat adalah proses bedah yang paling ringan dan paling tidak sakit jika dibandingkan dengan proses bedah lainnya yang lebih dalam, tetap saja membayangkan anak sekecil itu sudah harus mengalami disunat menjadi sport jantung sendiri bagi papa dan mama.

semuanya berawal dari sewaktu mama menemukan bercak samar seperti darah di popok sekali pakai yang dipakai Arian pada suatu malam. Keesokan harinya, Dr.Satyawati SpA di RS Azra Bogor memeriksa kondisi penis arian, beliau menyimpulkan bahwa kondisi penis Arian adalah fimosis (dianjurkan untuk mulai buka search engine sekarang :D) keadaan dimana foreskin yang menutupi glans/ kepala penis kurang lentur dan lubangnya terlalu kecil sehingga tidak bisa membuka sempurna. Dan beliau menunjukkan gejala gejala fimosis yang semuanya dialami arian, seperti pipis yang agak mengejan, lalu pipis selalu kurang sempurna sehingga satu sesi ngompol selalu terjadi dalam 2 atau 3 kali flow, dan juga tekanan tinggi pada aliran pipis arian (maksudnya kalau lagi pipis pas tidak pakai celana/popok, selalu 'pancuran' nya lumayan jauh, sekitar satu meter). Dari situ beliau menganjurkan Arian sebaiknya secepatnya disunat, sedangkan untuk bercak seperti darah pada popok arian, beliau menyarankan dilakukan tes urine dulu untuk memastikan apakah Arian sudah terkena ISK (Infeksi Saluran Kencing) atau belum.

Kata kata "sunat" itu sudah cukup membuat papa dan mama overwhelmed, bagaimana mungkin sebutir bayi yang lagi lucu lucunya ini harus menghadapi the excrutiating pain of disunat (yang ini sih lebih ke arah pengalaman pribadi pada jaman dahulu kala, hehe). Jadi dalam perjalanan ke laboratorium Prodia bogor, papa dan mama memutuskan untuk cari second opinion dan booking untuk konsultasi ke DSA lain, yaitu Dr.Aris Soebardi SpA di Rs hermina bogor.

Test urine selesai, hasilnya bakteri negatif semua, jadi Arian masih belum terkena ISK.

Di tempat praktek Dr.Aris, beliau juga menyarankan hal yang sama, untuk segera disunat mumpung belum terlambat, dikhawatirkan kotoran semakin menumpuk di foreskin Arian yang menimbulkan ISK. Beliau lalu memberikan rujukan ke Dr. Sastiono SpBA, well acclaimed dokter bedah anak. Setelah Konsultasi dokter bedah anak, akhirnya disepakati pelaksanaan sunat adalah tgl 31 Januari 2012 jam 5 sore setelah konsultasi ke dokter anestesi, Dr.Hassan Hussein SpAn.

Pre sunat
masih senyum senyum seperti biasa, completely unaware what ahead :)

Pre sunat
wristband

Dimulai dari pemasangan alat untuk memasukan infus yang dimasukkan ke pembuluh darah di pergelangan tangan, Arian sudah mulai berontak, dan mama mulai berkaca kaca, sampai saat Arian masuk ruang operasi mama masih berkaca kaca, 5 menit kemudian mulai update status...

proses sunatnya sendiri memakan waktu 15-20 menit, suatu antiklimaks atas deg degannya papa dan mama. dan benar seperti kata para dokter yang terlibat, proses penyembuhan lebih cepat daripada anak yang lebih besar.

Post sunat
pasca sunat, pakai sarung homemade sampai 5 hari, real men wear kilts!

sekarang, 8 hari setelah sunat, Arian sudah completely healed, sudah boleh pakai celana lagi, sudah boleh mandi. Semoga Arian dikaruniai kesehatan selanjutnya...amin