Thursday, February 1, 2007

Money back guarantee

Dalam kehidupan sehari hari di negeri kapitalis amatir ini, hidup kita semakin dilingkupi olhe kebutuhan akan uang, uang, dan uang.semuanya seolah olah tidak akan berjalan dengan semestinya tanpa uang, semua hal seperti bisa terbeli dengan uang. Uang juga bisa mempengaruhi tingkat stress seseorang, atau lebih tepatnya, stress yang diakibatkan oleh keinginan mempunyai uang yang terlalu menggebu dan tidak terkontrol.

Benarkah uang sepenting itu? Benarkah kita harus membiarkan hidup kita disetir sedemikian rupa oleh uang? Jawabannya –setidaknya menurut pendapatku- tidak sama sekali!

Entitas bernama “uang” itu manusialah yang bikin. Maka akan sangat absurd kalau sampai manusia disetir oleh uang. Sebenarnya, manusia jugalah yang membiarkan pikirannya dan hidupnya disetir oleh uang. Gara gara jargon itu tadi “money isn’t everything, but money can buy anything” dikolaborasikan dengan sifat dasar manusia yang “never get enough”. Then do the bloody math, manusia tidak akan pernah merasa cukup akan apa yang telah dimilikinya, maka manusia akan berusaha memiliki semuanya, dan agar manusia mampu memiliki semuanya, maka manusia butuh uang yang cukup untuk membeli semuanya.

Perumusan itulah yang membuat manusia begitu membabi buta dalam mengumpulkan uang. Sifat dasar manusia yaitu rakus, kawin dengan alat tukar yang bernama “uang” maka lahirlah anak yang lucu bernama kapitalisme, anak ini kelak melahirkan pula budaya konsumerisme.

Pada paham kapitalisme, semua dinilai dengan uang, semua dinilai dengan untung rugi, maksudnya dapat uang atau kehilangan uang. Para kapitalis akan MENJUAL dan MEMBELI dengan tujuan untuk mendapatkan kesejahteraan (yah, uang itu tadilah) bagi diri sendiri atau kelompoknya. Lembaga keuangan memberi pinjaman bernama indah buat indonesia yang akhirnya tidak berguna karena habis dikorupsi, sementara pinjaman tadi harus dibayar lagi dengan bunga yang menguntungkan lembaga keuangan tadi. Amerika menyerang kuwait, afghan, dan terakhir iraq hanya untuk menguasai jalur minyak yang akan menjadikan amerika makin kaya karena pasar minyak dunia bisa dimonopoli oleh amerika. Amerika memberi bantuan keuangan macam macam kepada indonesia agar so-called pemerintah indonesia membuat dan mengesahkan peraturan yang menguntungkan amerika disini.





Pada aspek kehidupan sehari hari, kebutuhan akan uang bahkan sudah begitu mendarah daging, sejak kita berangkat ke tempat lain pada pagi hari untuk beraktivitas, kita akan menemui sejumlah besar orang yang memacu kendaraannya seolah olah semuanya sedang punya istri yang akan melahirkan, atau orang tua yang sakaratul maut sedikiittt lagi akan mati…kenapa? Simple, semuanya terburu buru bekerja mencari uang, kebutuhan akan uanglah yang membuat mereka bersikap seperti itu. Di tempat kerja, kita akan menemui orang yang menjilat atasan dan menginjak bawahan, kenapa? Agar lebih lancar bayaran yang mengalir untuknya, uang lagi kan? Terlepas dari untuk apa uang itu nanti akan digunakan, setiap orang akan punya keinginan untuk punya mobil yang dingin dan nyaman, rumah yang besar, makanan yang enak, untuk itu semua, dibutuhkan uang. Kebutuhan inilah yang kadang sampai merendahkan ambang stress seseorang.

Maka berbahagialah orang orang yang mampu mengontrol keinginannya sendiri, dari situ orang itu akan bisa mengontrol kebutuhannya akan uang. Dengan itu, tanpa sadar ambang stressnya akan naik, pikirannya tidak akan semudah itu stressed out. Orang macam ini tidak cukup bodoh untuk menjadikan hidupnya hanya berdasarkan uang uang dan uang. Orang seperti ini biasanya tahu batas kemampuannya sendiri, tidak muluk muluk dan ngoyo, perasaan yang akhirnya akan mendorong seseorang untuk membabi buta mencari uang. Seperti jargon jawa kuno yang diterapkan oleh kakek buyut dan ayahku yang terhormat, urip kuwi sakmadyo wae, sing sareh. Kalau kita bisa paham artinya, maka akan tenanglah hidup kita. Pikiran kita tidak akan dipenuhi keinginan muluk muluk yang akhirnya bermanifestasi menjadi dorongan untuk mencari uang sebanyak banyaknya. Rasa sosial kita juga akan lebih terasah karena untuk membantu orang lain, kita tidak akan memikirkan untung rugi lagi.

Pikirkan ini, kawan, kita lahir telanjang bulat tanpa bawa apa apa, matipun kita tidak akan bisa menikmati kekayaan yang kita kumpulkan selama hidup, jadi, buat apa kita ngoyo mengumpulkan harta sebanyak banyaknya kalau pada akhirnya tidak berguna?

Kemana mana harus jalan kaki pun akan terasa indah kalau kita tidak punya nafsu punya uang untuk membeli sepeda motor, setiap hari makan seadanya pun akan terasa indah kalau kita tidak punya nafsu punya uang untuk makan enak di tempat mewah nan hedon. Kalau kita bisa berpikir seperti ini, maka kita akan lebih mampu mensyukuri dan menghargai apa yang telah kita dapat dan punya.

Maka bebaskanlah pikiranmu, biarkan pikiranmu berpikir jernih tanpa dikotori oleh nafsu akan uang, maka semuanya akan terlihat lebih indah, percayalah.

Sudah saaatnya kita menghapus jargon “money can buy anything” dan mempraktekkan jargon “money isn’t everything”

“money can buy medicine, but money can’t buy health

money can buy house, but money can’t buy home

money can buy manpower, but money can’t buy family

money can buy things we like, but money can’t buy happiness”

1 comment:

Mama Alin said...

Setujuuu......
nikmati aja hidup, biar bisa terus bersyukur ;)